Tips menulis? Memangnya siapa kamu?
Mungkin pembaca sekalian akan berpikir seperti itu. Tapi semoga saja
tidak. Aku memang belum menjadi penulis handal, masih harus banyak
belajar, dari siapapun dan kapanpun. Termasuk dari pembaca sekalian.
Komitmenku untuk menulis setiap hari minimal satu tulisan juga dalam
rangka belajar. Menulis adalah sebuah keterampilan yang harus dilatih
setiap hari. Nanti, di tips yang lain akan kita bahas kaidah 1000 jam,
insyaAlloh.
Dulu aku pernah iseng bertanya
kepada seorang teman, “mengapa kamu tidak menulis?” dan dengan entengnya
temanku itu menjawab, “tidak ada ide”. Dulu aku juga sering berpikir
bahwa untuk memunculkan ide itu susah. Kadang saat ide itu sudah ada, aku susah memulai, bingung hanya untuk sekedar kata pertama. Baru menulis sedikit tiba-tiba pikiran langsung berkata, “bagus tidak ya?”, aku baca kembali
padahal tulisan belum selesai, merasa jelek, kemudian aku hapus semua yang sudah ditulis. Tidak jadi menulis.
Ide atau gagasan adalah sebuah
langkah awal yang memang harus ada. Ide akan membuat tulisan kita
menjadi fokus dan tidak melebar kemana-mana. Pesan yang akan kita
sampaikan akan jelas dan mengena ketika pembaca selesai membaca tulisan
kita. Dan ide itu ada dimana-mana, apa yang kita lakukan seharian, kita
lihat, dengar, dan rasakan, semua adalah ide yang berserakan. Kita hanya
perlu memilih ide yang bagus dan memberikan pesan powerfull buat pembaca kita.
Seperti ketika itu di suatu pagi,
aku dan teman-teman memutuskan untuk berkunjung ke salah satu anak
bangsa yang luar biasa. Dengan keterbatasannya, miskin dan tidak
berpendidikan (hanya lulusan SD), Ia mampu mendirikan sebuah warung baca
di rumahnya untuk ikut serta dalam mewujudkan salah satu cita-cita
mulia negeri ini, mencerdaskan kehidupan bangsa. Kiswanti namanya, biasa
juga dipanggil Bude (bertubuh gede).
Selama 3 jam dirumahnya, aku fokus
mendengarkan dan mencatat hal-hal penting yang Bude ucapkan. Memberiku
banyak inspirasi. Perjalanan dan perjuangan mendirikan warung baca itu
juga membuatku iri, sangat iri. Aku ingin sepertinya, bahkan ingin lebih
hebat darinya. Bukan untuk sebuah ketenaran, namun demi menjalankan
amanah negeri dan agama. Bermanfaat bagi sesama.
Sepulang dari silaturahim itu, aku
membuka catatan kecilku dan merangkainya menjadi sebuah tulisan, tentang
cerita anak-anak bangsa. Pembaca sekalian bisa melihatnya di blogku,
pelukissenja.wordpress.com dan di kompasiana. Ternyata tulisan itu,
banyak yang membaca dan mendapat appresiasi yang hebat dari pembaca
sekalian. Ada yang mengirimi pesan ke inbox untuk meminta alamat Bude,
ada yang sms dan memberikan ucapan salut atas tulisanku, ada juga yang
langsung secara lisan, atau lewat facebookku. Alhamdulillah.
Silaturahim bisa dilakukan dengan
siapapun, ketika naik angkutan umum kita bisa berkenalan dengan orang di
sebelah kita, ngobrol. Jika kita jeli dari situ akan ada ide yang bisa
kita jadikan tulisan. Atau seperti yang Jala Dara (TKW Hongkong yang
juga sebagai penulis buku) lakukan, saat sedang ke pasar malam, Ia iseng
berkenalan dengan seorang bapak penjual boneka Barbie. Dari perkenalan
itu, Jala Dara menghasilkan sebuah tulisan hebat yang ia share di
blognya. Aku, selalu berkenalan dengan sopir angkot yang aku naiki jika
memungkinkan, berbagi cerita dan ingin belajar darinya tentang arti
sebuah perjuangan mencari nafkah untuk keluarganya, itu akan menjadi
sebuah ide tulisan yang hebat.
Pembaca sekalian, masih bingungkah
menentukan ide tulisan? Bersilaturahimlah, kepada siapapun. Banyak
manfaat yang kita dapat, menambah saudara, mempermudah rejeki,
memperpanjang umur, dan memberikan ide hebat untuk sebuah tulisan.
Percaya deh padaku. Tulisan akan menjadi bernyawa saat kita menuliskan
apa yang kita lakukan, apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Salah
satu caranya adalah silaturahim dengan siapapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar